Wednesday, July 21, 2010

Pulau Nusakambangan - Kecantikan tersembunyi di Pulau Penjara

Mendengar kata Nusakambangan, pasti dah bikin ngeri duluan. Pulau yang memiliki Penjara kelas kakap dengan (katanya) pengawasan dan penjagaan tingkat tinggi tersebut seakan merupakan sebuah pulau yang mengerikan dan tidak layak dikunjungi.
Tapi hal itu tidak menyurutkan niat kita untuk mencoba menjejakkan kaki di Pulau Nusakambangan, yang kalo coba mencari informasinya ke om google pasti akan mendapatkan banyak panduan tempat menarik yang layak dikunjungi. Salah satu website yang layak di jadikan panduan adalah web-site milik pemkab Cilacap, yang memberikan banyak referensi tempat wisata di Pulau Nusa Kambangan.


Berdasarkan informasi yang kita dapatkan, kita dapat memasuki Nusa Kambangan melalui Pelabuhan Seleko menggunakan kapal sewaan. Setibanya kita di pelabuhan tersebut, ternyata hanya melayani wisatawan rombongan dalam jumlah besar (kalo Cuma ber-5 seperti kita, tidak dilayani, kecuali berani bayar mahal), tapi kita tak putus asa. Kita segera menuju Pelabuhan resmi milik yang dilayani Ferry milik departeman Hukum dan HAM, berharap bisa menumpang kapal ferry yang mengangkut keluarga yang akan membesuk para napi. Setibanya kita disana, setelah bertanya dengan baik-baik, petugas yang acuh tak acuh itu menjawab bahwa semenjak tsunami, hanya pihak keluarga napi saja yang boleh memasuki pulau Nusakambangan. Kecewa tak bisa nyebrang menggunakan ferry, kita Cuma bisa melihat segerombolan orang memasuki kapal feri dan serombongan club ‘Moge - Motor gede’ asal Jakarta. Kalo kita perhatikan sepertinya club moge itu tujuannya bukan mo besok, secara gaya2 gitu (atau mungkin ketua club moge itu ditahan karna kasus berat)….jadi kita berpikir, pasti sebenarnya tuh petugas minta lebih, dan karena kita terlihat ‘kere’ jadi ga diladeni dengan serius.


Akhirnya kita menuju Pantai Teluk Penyu, karna menurut catatan yang kita punya, ada perahu compreng yang melayani wisata di sisi timur Pulau Nusakambangan.

Pantai penyu ternyata cukup cantik dan bersih, di pantai penyu ini juga terdapat Benteng Pendem, tapi karena kita mo nyebrang dulu ke pulau Nusakambangan, jadi ke Benteng Pendemnya nanti sore saja.

Dari Pantai penyu ada banyak yang menawarkan untuk menyeberang dan wisata ke Pulau Nusakambangan. Dengan membayar Rp. 10.000/orang (dibayar setelah kembali ke pantai penyu) kita akan diantar ke bagian timur Pulau Nusakambangan. Kita berlima pun segera menaiki perahu yang hanya muat untuk maksimal 10 orang tersbt. Menyebrang hanya sekitar 10 menit saja, dan tibalah kita di Pulau Nusakambangan…hooooreeeee…


Sesaat kita tiba langsung aja kita berpoto2 dulu, langit biru yang cerah mempercantik pemandangan yang kontras dengan biru laut. Puas kita berpoto,kita mulai melangkah ke pintu gerbang penjualan tiket. Kita harus membayar tiket seharga Rp. 3.500/orang utnuk berwisata menuju Pantai putih Karang Pandan dan Benteng Pendem.

Di pos penjaga kita ditawarkan untuk menggunakan jasa guide, yang akan mengantar kita berkeliling. Kita mendapatkan guide bernama Bang Eddy, seorang mantan narapida kasus perkelahian yang mengakibatkan pembunuhan asal Tanjung Priok, Warakas Jakarta (memang terkenal sebagai daerah yang sangat rawan kejahatan).

Bang eddy berwajah sangar dengan tato di lengan, orang yang baik walau seorang mantan napi. Sebagai seorang guide yang mengantarkan tamu, bang eddy memiliki pengetahuan yang komplit. Sejarah dari beberapa benteng dan penjara kuno. Hal-hal mistis yang berhubungan dengan ‘penghuni’ lokal di daerah itu, hingga tempat wisata yang cantik yagn sangat layak di kunjungi.


Tempat tujuan pertama kita adalah Pintu gerbang benteng. Dengan berjalan sekitar 20 menit trekking di dalam hutan yang cukup rimbun, kita tiba di benteng yang masih berdiri kokoh dengan pohon2 besar menjajah ditiap tepi benteng yang dipenuhi lumut. Pintu gerbang besar ini, merupakan pintu masuk untuk beberapa benteng yang terdapat di dalam area Benteng Pendem penginggalan Belanda, Portugis dan Jepang.

Baru saja tiba di gerbang, kita dah mulai lagi berpoto. Sambil menunggu yang berpoto, bang eddy bercerita segala versi mengenai pintu gerbang ini, sejarah dari gerbang, hingga hal2 mistis pengalamannya bermalam di tempat ini dan mendapat ‘gangguan dari penghuni local’..hhiiiyyyy……bang eddy terus mengajak kita untuk melihat benteng lainnya. Ada sebuah sumur besar yang di sebut ruang pembantaian (merinding bener pas liat tempatnya, bangunan besar menjorok ke bawah (lubang) yang temboknya sudah menghijau tertutup lumut. Lalu kita lanjut ke sebuah benteng besar, yang didalamnya sudah hancur, tapi masih menyisakan bentuk bangunan yang megah, dengan langit-langit yang tinggi dan sekat ruang-ruang yang telah sebagian hancur. Kita lanjut memasuki sebuah lorong bertangga, dengan berbekal senter dari bang edy, perlahan kita masuk ke lorong yang ternyata menghubungkan dengang ruang komandan. Dari pojok ruang komandan, ada jendela yang bisa melongok ke ruang pembantaian, (entah mengapa saya ogah banget melongok), tiba2 bang eddy mengajak kita bergegas meninggalkan ruangan tersebut dan menyuruh untuk berjalan di sisi kanan tangga yang menurun, secara saya pegang senter, jadinya jalan belakangan dan tiba2 saat itu juga bulu kudukku merinding dan dingin….hhiiiiyyy buruan jalannyaa…taaakuuuutt


Kita tiba di bagian ruang barak. Disini kita diajak untuk melongo ruang penjara wanita, yang terdapat diruang bawah dengan pintu masuk sempit berupa sumuran, paling ukurannya Cuma 50 x 50 cm saja, dan didalam sana menurut ceritanya bang eddy ada 12 ruang penjara. Hiiiyy….dia mengarahkan senternya kebawah dan menyuruh kita melongok, tapi entah kenapa, lagi-lagi saya ngeri aja melongok kesana….selanjutnya kita diajak untuk melihat ruang pengintai. Tempatnya cukup lapang dan terang. Dan karena letaknya diluar benteng, jadi agak lebih tenang aja…hehehheee….kita kembali mulai berpoto-poto, secara sewaktu di dalam, ada aja masalah dengan camera kita. Sepertinya penunggunya ga mau di poto, jadi kamera kita yang kena gangguan. Kembali melanjutkan perjalanan, bang eddy kembali mengajak kita untuk masuk ke lorong-lorong di dalam benteng. Didalam benteng ini bang Eddy juga banyak bercerita mengenai banyak orang2 yang datang, bahkan beberapa adalah pejabat yang tenar yang pernah datang untuk bersemedi di sana, untuk segala keperluan, hari gini masih ada aja yang melakukan hal mistis untuk kehidupan dunia yaa…ga ngerti d gw…

Terakhir yang kita temui adalah meriam yang dah patah, dengan ruang mesiu nya. Ini adalah tempat terakhir dari penginggalan benteng yang kita kunjungi.


Secara keseluruh benteng-benteng peninggalan ini masih dalam kondisi struktur yang baik (ga rubuh secara keseluruhan). Kehancuran dari bangunannya lebih karena dampak dari gempa, umur bangunan, serta lumut2 juga pohon-pohon yang membelitkan akar2 kokohnya di dinding hingga atap bangunan. Memberikan efek sangat mistis bagi banguanan2 ini. Ada beberapa ruang yang di ‘renovasi paksa’ tanpa mempelajari dahulu jenis struktur/material yang digunakan dahulunya, hal ini malah membuat ‘timpang’ bentuk benteng yang terlihat eksotis dengan bata2 ekspos kunonya.

Selanjutnya bang eddy bercerita mengenai seorang Daeng (asli dari tanah Makassar, yang semenjak di ciduk beberapa saat setelah kemerdekaan, tak pernah lagi kembali ke kampung halamannya) mantan narapidana di Nusakambangan, yang saat ini menghuni sisi timur Nusakambangan dengan membuka warung di pantai putih karang pandan. Kasus yang menyebabkan Daeng di bawa hingga Nusakambangan adalah karena menjadi pengikut Pemberontak Kahar Muzakar, seorang pendiri DI/TII, padahal menurut pengakuan Daeng, keikutsertaannya dengan DI/TII karena ketidaktahuannya mengenai sepakterjang DI/TII, dan hanya dia merasa sebagai muslim, tanpa mengetahui bahwa akan mengakibatkan permasalahan yang panjang. Sang daeng ini konon bergelang ‘the king of diver Nusakambangan’. Karena beliaulah orang pertama yang menyelam di perairan Nusakambangan dan menemukan harta karun berupa timah, platina dan perak batangan…..heeebaattt….

Kita mampir di rumahnya daeng yang juga sekaligus sebagai warung. Dan saat kita melongok keluar dari warungnya, ternyata kita telah tiba di pantai pasir putih karang pandan… waaaahh…senangnya….pantainya cantik, bersih dan sepi..hooorreeeeyyy…..
Setelah berbasabasi sejenak dengan daeng, kita langsung ngibrit ke pantai, dah ga tahan mo mengabadikan kecantikan pantai ini. Dengan karang di sisi kanan dan kirinya, juga terlihat beberapa kapal yang sandar tak jauh dari pantai.


Di Pantai putih Karang Pandan ini, sesuai dengan namanya, memiliki karang-karang yang cantik dan pantai putih yang jernih. Di salah satu sisinya terdapt air terjun kecil yang ternyata adalah air tawar, jadi kalo setelah berenang-berenang di laut, bisa langsung bilas di air terjun kecil, segarnya.

Siang ini kita kebagian hujan, sambil berteduh kita mampir di warungnya Daeng. Kita ngobrol banyak mengenai pengalaman Daeng sambil minum kopi dan the hangat. Daeng yang senang bercerita ini, membagi semua cerita pengalaman hidupnya, kita jadi seperti mendengar dongeng dari kakek saat dulu masih kecil.

Hujan sudah reda dan kita akan kembali jalan, berdasarkan saran dari Daeng, kita akan kembali ke meeting point kita dengan perahu melalui sisi pantai, karena kita akan menemukan banyak goa2 dan pantai cantik.

Kita start penyusuran pantai kita dari pantai karang bolong. Disini kita mendapati pantai yang landai, lalu terus kearah barat, kita harus melalui karang-karang yang bertumpuk dengan hati-hati, karna kalo terpeleset, karang tajam siap melahap tiap mili kulit kita dan meninggalkan perih tak terkira.


Menyusuri pantai timur Nusakambangan, memberi pengalaman baru dan gairah baru untuk kita, karena tiap sudut akan menemukan pemandangan indah yang berbeda. Di satu sisi ada pantai landai, ada tumpukan karang-karang, kita juga menemukan goa karang yang mempesona, ada juga pantai landai yang berlapiskan karang halus, seperti lantai yang di semen. Kita juga menemukan pantai yang landai dengan pasir mengandung besi, sehingga warna pasirnya seperti memiliki lapisan halus berwarna hitam. Yang paling unik buat kita adalah goa kecil yang mengalirkan air tawar dari sela2 karangnya, pencampuran air tawar dan air laut, terasa segar di kaki.

Waktu yang kita habiskan untuk menjelajahi sisi timur pulau Nusakambangan, mulai dari Benteng-benteng hingga penyusuran pantai selama lebih kurang 4 jam, dan waktu selama itu benar-benar tak terasa karena kita sangat menikmati pemandangan indah yang ada.
NAH KALO YANG INI PENJARANYA


Nusa Kambangan adalah nama sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia. Masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap. Untuk mencapai pulau ini orang harus menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan di Cilacap. Pulau Nusakambangan, yang berstatus sebagai cagar alam, juga merupakan habitat bagi pohon-pohon langka, namun banyak yang telah ditebang secara liar. Saat ini yang tersisa kebanyakan adalah tumbuhan perdu, nipah, dan belukar. Kayu pawlar yang hanya dapat ditemukan di pulau ini banyak dicuri karena setelah dikeringkan, mempunyai kualitas yang setara dengan kayu dari Kalimantan. Secara tradisional, penerus dinasti Mataram sering melakukan ritual di pulau ini. Nusa Kambangan juga tercatat sebagai pertahanan terakhir dari tumbuhan Wijayakusuma yang sejati. Ada sebuah pelabuhan di pulau ini, Pelabuhan Sodong. Konsep pengembangan Pulau Nusakambangan yang bukan lagi mengunci dirinya dengan sebutan “Daerah Terlarang/Tertutup”, tapi daerah yang perlahan membuka diri bagi para wisatawan bahkan bagi penambangan bahan galian C di kawasan G Baturupit, misalnya. Bahkan, selain menjadi lokasi wisata alternatif yang dilalui jalur wisatawan khususnya yang datang dari kawasan wisata Pangandaran, Jawa Barat, juga impian Pemda Cilacap, yang telah ditetapkan dalam RIPP sebagai salah satu kawasan wisata potensial.

SEJARAH

Di sana-sini, Anda akan menemukan beberapa bangunan Lapas tua yang sudah rontok pasti memancing rasa ingin tahu mengenai sejarahnya. Sejak zaman Belanda, ada sembilan Lapas di pulau ini, yaitu Lapas Karang Tengah (Dibangun 1927), Lapas Gliger (1925), Lapas Limus Buntu (1935), Lapas Nirbaya (1912), Lapas Batu (1935), Lapas Besi (1927), Lapas Kembang Kuning (1950), Lapas Permisan (1928) dan Lapas Karang Anyar (1912). Kesembilan Lapas ini dibangun tersebar dari bagian Timur ke bagian Barat pulau yang berluas sekitar 21.000 hektar dan menjadi milik Departemen Van Justitie yang pengawasannya dan pengelolaannya langsung di bawah kewenangan Menteri Kehakiman dan HAM. Hal ini berdasarkan Ordonansi Staatblad Nomor 25 tanggal 10 Agustus 1912 dan Staatblad Nomor 34 tanggal 4 Juni 1937 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Selain itu, Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 24 Juli 1922, dan dalam Berita Negara Hindia Belanda tahun 1928, menyebutkan bahwa keseluruhan Pulau Nusakambangan merupakan tempat penjara dan daerah terlarang. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, lima dari sembilan Lapas tadi sudah rontok, sehingga kini hanya tertinggal empat Lapas saja, yaitu Lapas Batu, Lapas Besi (Lapas Narkoba), Lapas Kembang Kuning dan Lapas Permisan. Seiring dengan itu pula, pada tanggal 27 April 1964 sistem kepenjaraan diubah menjadi sistem pemasyarakatan, serta istilah penjara diganti menjadi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Sisa-sisa Lapas tua yang sudah rontok itu dibiarkan saja begitu, termasuk beberapa rumah tuanya, sehingga jika pengunjung melewati jalan dari Sodong ke Lapas Batu, Lapas Besi, terus ke Barat ke Lapas Kembang Kuning dan yang terjauh (sekitar 8 Km) Lapas Permisan, maka dapat disaksikan sisa-sisa bangunan itu menjadi pemandangan yang menarik. Berdasarkan statistik, jumlah penghuni di Lapas Batu 206 orang (kapasitasnya 500 orang), terdiri dari hukuman mati (4 orang), seumur hidup (8 orang), GAM (26 orang). Hutomo Mandala Putra (Tommy) dan Bob Hasan (mantan) ada di Lapas ini. Lapas Besi 142 orang, hukuman mati (3 orang), seumur hidup (tidak ada). Satu dari tiga hukuman mati itu adalah warga negara Nigeria dalam kasus narkoba, Okwagili, yang selama 2,5 tahun di Lapas yang dipimpin Ilham Djaya ini, menghabiskan waktunya dengan menciptakan 21 lagu-lagu rohani berbahasa Inggris yang kini sedang dirilis di Jakarta. Di Lapas Kembang Kuning 155 orang, dengan hukuman mati (2 orang), seumur hidup (1 orang), GAM (20 orang), korupsi (5 orang). Sedang di Lapas Permisan, 171 orang, dengan hukuman mati (3 orang). Pemerintah sendiri rupanya memiliki rencana yang lebih ekstensif lagi untuk menggunakan Nusakambangan sebagai pulau “penjara”, antara lain dengan berusaha membangun tiga Lapas baru, diantaranya Lapas terbuka dan Lapas Super Maximum Security (SMS) yang diperuntukkan bagi pelaku kejahatan yang memerlukan pengamanan super ketat. Tak dapat disangkal, keberadaan Pulau Nusakambangan ini menjadi sangat menarik untuk digali lebih jauh sebagai sebuah destinasi wisata. Seperti disebutkan terdahulu bangunan-bangunan penjara tua yang bertebaran di sepanjang jalan itu misalnya memang menjadi situs-situs wisata Lapas asli, termasuk berbagai peninggalan lain seperti Mercusuar atau menara jaga, rumah-rumah lama, yang mengandung konten pendidikan yang tinggi nilainya

Daftar napi kelas kakap di nusakambangan

Beberapa narapidana terkenal yang pernah menghuni penjara Nusakambangan :
· Johnny Indo, pernah melarikan diri namun tertangkap kembali.
· Kusni Kasdut
· Pramoedya Ananta Toer
· Tommy Soeharto
· Bob Hasan
· Amrozi
· Imam Samudra
· Mukhlas
· Robot Gedek
· Rio Martil
· Pande Lubis


SUMBER : TKP

No comments:

Post a Comment